Ulang tahun dimaknai sebagai pertambahan usia yang penuh pengharapan agar lebih baik dari tahun sebelumnya. Oleh sebagian orang, ulang tahun dirayakan dengan pesta kecil atau besar. Pernak-pernik ulang tahun yang sangat popular adalah kue tart dan hadiah atau kado.
Bulan lalu, keponakkan saya berulang tahun yang ketiga. Untuk balita, hadiah berupa perlengkapan mandi, mainan, dan boneka mungkin sangat pas. Yah, hal mudah memilih hadiah bagi seorang balita, anak-anak, atau remaja seusia saya. Nah, bagaimana jika yang berulang tahun adalah Sumbawa? Saya mau kasih apa yah?
Untuk anak seumuran saya yang belum mempunyai pekerjaan mungkin hanya bisa memberikan hadiah atau kado yang sederhana. Itu pun harus minta uang ke orang tua dulu atau mengambil uang tabungan. Bagaimana pun juga, sebagai seorang sahabat atau keluarga kita perlu mengapreasiasikan undangan yang diberikan. Selain itu, timbul pula tenggang rasa kepada yang berulang tahun jika kita hadir dipestanya tanpa membawa kado. Lalu apa yang bisa diberi oleh anak seumuran saya kepada Sumbawa? Buku? Boneka? Jam? Oooo... tidak bisa!
Sebagian orang beranggapan, “tidak usah kasih apa-apa, Sumbawa sudah kaya, tambang emas dimana-mana”. Dan karena kekayaan itulah kita tak perlu memberinya apa-apa? Cukup mengucapkan selamat dalam hati? Atau karena takut hadiah yang kita berikan tak berarti apa-apa dibanding kekayaannya? Kayaknya enggak deh!
“Tidak usah memikirkan ulang tahun Sumbawa, belum tentu pemimpin yang duduk di singgana pemerintahan mengingat kita”, benarkah begitu? Jadi karena hal itu kita tak perlu mengambil peduli. Biarkan ualang tahun itu berlalu tanpa kesan. Karena sekeras apa pun kita berpikir untuk memberinya sesuatu, mungkin pada akhirnya sesuatu itu akan ditolak. Benahkah anggapan itu?
Atau bahkan tak mengingat ulang tahun itu sama sekali. Sibuk dengan hidup kita sendiri. Ketika para pejabat pemerintahan, pegawai kantoran, dan pelajar sibuk mrngikuti upacara dan mendengar khotbah ulang tahun, kita tetap sibuk dengan pekerjaan sendiri. Menghitung uang belanja, bersih-bersih, online, dan urusan kehidupan lainnya. Setidaknya, sisipkan waktu sejenak untuk merenungkan mau dibawa kemana Sumbawa ini.
Mungkin hanya segelintir orang yang memaknai ulang tahun Sumbawa. Setelah sekian lama Sumbawa berdiri sebagai kota kecil, adakah kemajuan, perkembangan, atau pembaruan? Sudahkah rakyatnya sejahtera? Sudahkah potensi sumber daya alam dan manusianya diptimalkan? Atau sudahkah orang-orang miskin dibahagiakan? Jika sudah, mari kita lanjutkan dan tingkatkan. Tapi, jika belum, mari kita bersatu sebagai “tau Samawa” untuk membangun “desa darat”. Sekarang bukan saatnya untuk berkomentar atau ngomel, tetapi sekarang saatnya kerja! (Talk less, do more, Bro!) Itu yang Sumbawa butuhkan!
So, jawabanya simple. Kado terindah yang dapat saya berikan sebagai seorang pelajar untuk Sumbawa adalah belajar! Belajar bau ada guna tau bagi desa darat ^_^