Cerpen - Persahabatan & Cinta


 
Semua mata tertuju pada mereka, gerak dan tingkah empat gadis cantik yang menjadi buah bibir di SMP Tunas Negeri. Mereka adalah Aulia, Feby, Datin, dan Dian. Mereka berempat berbeda kelas. Meskipun demikian, mereka selalu terlihat kompak, ceria, dan saling menyayangi.
          Persahabatan empat gadis itu dimulai sejak mereka masih di taman kanak-kanak hingga kini beranjak remaja. Kesalahpahaman, cek-cok, hingga pertengkaran kerap mereka alami, namun semua itu selalu bisa diatasi. Mereka selalu berkumpul, bermain, dan belajar bersama. Namun, setelah duduk di bangku SMP, mereka mulai mengenal “cinta monyet”.
          Awalnya, Feby lebih dulu merasakan jatuh cinta hingga dipikat oleh kakak kelasnya yaitu Radi. Namun, satu per satu sahabatnya akhirnya ikut masuk dalam “perangkap pacaran”. Aulia mengikuti jejak Feby menjalin cinta monyet dengan Indra. Begitu pula Dian yang menerima cinta Ricky walaupun tak satu sekolah. Kini, hanya Datin yang menunggu datangnya sang pangeran impian.
          Cinta monyet membuat keakraban mereka berkurang, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacar masing-masing hingga melupakan kebersamaan bersama sahabat yang dulu selalu tercipta. Hal ini membuat Datin merasa kesepian sementara ketiga sahabatnya tak lagi begitu memikirkan perasaannya.
          Suatu hari, Pak Burhan mengajak seorang murid laki-laki masuk ke kelas Datin. Ternyata, ia adalah Nakula, pindahan dari Mataram. Segera Nakula memperkenalkan diri dengan penuh wibawa bak seorang remaja pria yang sangat mempesona. Sejak saat itu, Datin merasa “cenat-cenut”.
          Hari demi hari, bulan, pun berganti. Nakula mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia yang berparas tampan, membentuk pribadi yang baik, sopan, dan pintar. Datin sangat meyukai Nakula menaruh hatinya. Berbeda dengan sahabat-sahabatnya yang melihat seseorang hanya dari indah parasnya.
          Di bawah rerimbunan pohon budi, Datin nampak bersandar sambil meminum air es untuk melepas lelahnya setelah pelajaran olahraga usai. Nakula datang dari belakang dan mengejutkan Datin. Ia tampak begitu serius dan menatap wajah Datin. Tak disangka-sangka, ia menyatakan perasaan sukanya kepada Datin. Ia ingin Datin menjadi kekasihnya. Peristiwa “nembak” itu membuat Datin berkeringat dingin, gugup, dan terkejut. Tanpa pikir panjang, Datin menerima cinta Nakula.
          Hari-hari Datin pun kini berwarna karena dihiasi oleh Nakula, sama seperti ketiga temannya. Namun, akibat cinta monyet mereka, mereka sering lupa akan belajar dan persahabatan mereka sendiri. Selain itu, sebenarnya orang tua mereka tak mengijinkan mereka berpacaran namun mereka tetap memilih “backstreet”.
           Lambat laun, orang tua Nakula yang berlatar belakang seorang pendidik mengetahui cerita cinta anaknya. Semenjak mengenal cinta, Nakula sering kali lupa belajar, lupa shalat, dan sering keluar rumah. Orang tua Nakula mengambil tindakan tegas yaitu akan mengeluarkan Nakula dari sekolah itu jika ia masih berpacaran dengan Datin. Nakula merasa sangat takut dengan ancaman dari orang tuanya itu. Ia menceritakan masalah itu kepada Datin. Dengan terpaksa hubungan mereka berdua “putus”.
          Kandasnya hubungan antara Datin dan Nakula, membuat sahabat-sahabat Datin prihatin terutama Dian karena Dian juga mengalami hal yang sama. Ia selalu berusaha menghibur Datin yang sedang “patah hati” dan memberikan nasihat agar melupakan Nakula. Perlahan Datin bisa berjalan sendiri dan kembali menjadi Datin yang dulu. Ia yang periang dan berprilaku manis. Nakula pun terlihat sibuk dengan urusannya sendiri.
          Bencana bagi persahabatan mereka pun datang. Di belakang Datin, sebenarnya Dian dan Nakula telah menjalin hubungan spesial. Datin mengetahuinya dan ia merasa sangat kecewa. Diceritakannya semua itu pada Feby dan Aulia, mereka pun menyesalkan tindakan Dian. Meskipun demikian, Dian hanya terdiam dan acuh tak acuh terhadap perasaan sahabat-sahabatnya. Akibat peristiwa itu, persahabatan mereka hancur!!!
Kini tak ada lagi cerita-cerita indah antara mereka berempat. Hanya kenangan-kenangan yang tersisa. Mereka tak peduli satu sama lain. Datin yang masih menaruh harap pada Nakula merasa disakiti. Sementara, Dian dan Nakula tak pernah sadar meski mereka tahu bahwa ada seseorang yang terluka akibat hubungan mereka yaitu Datin. Mereka hanya memikirkan ego mereka sendiri, tanpa berbalik ke belakang menatap kesedihan sahabat mereka.
          Telah lama persahabatan mereka tak harmonis. Datin hanya menyendiri sementara Feby dan Aulia hanya sesekali menghampirinya. Ia larut dalam “hati yang terluka” karena sahabatnya sendiri, meskipun ia sudah tidak menjalin hubungan dengan Nakula. Untuk hari-hari selanjutnya, ia lalui tanpa keceriaan dan kebersamaan dengan sahabat-sahabatnya dahulu.
          Tak lama setelah itu, Datin mendengar kabar kandasnya hubungan Dian dan Nakula karena penyabab yang sama yaitu orang tua Nakula. Di sisi lain, ia senang karena Dian dapat merasakan rasa sakitnya dahulu. Tapi, ia juga sedih karena sahabat kesayangannya itu patah hati. Dian dan Datin kini berpisah hanya karena seorang pria. Mereka rela menghilangkan kenangan manis saat mereka selalu bersama. Dian merasa sendiri dan tak ada tempat ia menumpahkan isi hati, begitu pula Datin.
          Feby dan Aulia tak tahan melihat persahabatan mereka hancur. Mereka berusaha mempertemukan Datin dan Dian. Tapi, tak seorang pun mau mengalah. Jika ditanya Datin, ia menjawab masih terluka karena sikap Nakula dan Dian. Jika ditanya Dian, ia menjawab Datin terlalu egois dan tak mau mengalah. Feby dan Aulia dibuat bingung oleh mereka.
          Suatu hari, Dian tidak masuk sekolah karena sakit. Dikabarkan Dian semalam dirawat di rumah sakit akibat demam berdarah. Feby dan Aulia nampak khawatir. Diceritakannya akan hal itu kepada Datin, namun ia hanya terdiam seribu bahasa. Ia sebenarnya sangat khawatir pada Dian. Namun, tak mau ia perlihatkan.
          Penyakit Dian bertambah parah ia harus dirawat di ICU. Ia mempunyai permintaan kepada orang tuanya untuk disampaikan kepada ketiga sahabatnya. Ia meminta sahabatnya untuk menjenguknya. Feby dan Aulia berusaha membujuk Datin untuk ikut bersama mereka. Namun Datin tak mau.
          Sesampainya di rumah sakit, Feby dan Aulia tak tahu harus berkata apa kepada Dian.
“Kenapa Datin tidak menjengukku? Apakah dia tak menganggapku lagi sebagai sahabatnya?”, tanya Dian dengan nada kecewa.
“Tidak, ada sesuatu yang harus ia kerjakan.”, jawab Feby mencari alasan.
“Kalian tak usah berbohong, aku tahu ia masih marah padaku. Aku memang bodoh dan terlalu egois padanya. Aku pantas dibenci Datin.”, kata Dian sambil meneteskan air mata.
“Kamu tak boleh menangis, ia akan tetap menjadi sahabat kita. Datin tak pernah marah apalagi membencimu.”, kata Aulia meyakinkan.
“Andaikan Datin ada disini, akan kupeluk erat dia, dan kuucapkan kata maaf dari hati yang terdalam karena telah menyakitinya. Aku berjanji takkan menyakiti kalian lagi.”, kata Dian sambil mengusap air matanya.
Mendengar perkataan Dian, Feby dan Aulia pun terharu dan meneteskan air mata. Namun, dibalik-balik gorden rumah sakit, tampak seorang membuka pintu kamar sambil mengatakan: “Kita selalu bersahabat”. Orang itu adalah Datin. Dipeluknya Dian dan diusap air matanya. Sejak saat itu persahabatan mereka kembali utuh. Tak ada lagi “virus cinta” yang sering menimbulkan penyakit diantara mereka. Feby dan Aulia menjomblo dan berjanji tak berpacaran lagi. Akhirnya, mereka tetap dalam satu ikatan yaitu PERSAHABATAN.


Meilis
Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar